what do you want a meaning for?
life is a desire not a meaning.
Carlie Chaplin
Januari 11,2013
Friday, January 18, 2013
rindu pada
ke angkringan kitah.....
yang orang Jogja atau yang pernah ke Jogja pasti tau angkringan to....?
ada yang tau berapa banyak jumlah angkringan sak Jogja niki?
hahaha.. aku yakin ini sebuah soal yang cukup merepotkan. repot ngitung pastinya. :D
tapi biar gampang, bilang ajah seribuan. titik, nga perlu di ributin. kalau salah monggo di data sendiri. lebih dan kurangnya hanya yang kurang kerjaan yang akan tau pasti :P
eh tapi angkringan itu memang spesial Jogja ya...
nga nemu deh di tempat lain.
kalau aku sangat suka karena suasana santainya.
benar-benar sederhana. tetapi okeh......
meski menunya seragam, dan mungkin nga bisa di bilang istimewa sama sekali karena hampir semua angkringan menyajikan hal serupa. nasi kucing, gorengan, kopi, teh, es ketan, es jeruk.
namun memang sangat cocok buat menemani waktu ngobrol-ngobrol santai dengan teman atau juga pacar. uhuk....
rindu Jogja? atau rindu ngobrol ngalor-ngidul nga jelas?
silahkan ke angkringan terdekat.
@tololoe sketch&photo |
@tololoe sketch&photo |
Januari 9,2013
kakiku
Friday, January 11, 2013
surat - gombal untuk kekasihku
Kekasihku bukan lelaki tertampan sedunia
Tidak sedikitpun
Tak sepadan dengan pria-pria modis layar kaca
Tetapi senyumnya yang terpaling menghangatkan
Tetapi tatapannya yang terpaling memabukkan
Kekasihku kadang lucu kadang menggemaskan
Dan aku merindukannya selalu
Kekasihku pun kadang lugu dan kadang menyebalkan
Tetapi aku menyayanginya pasti
Kekasihku bermulut manis nan tajam, kata-katanya belati sekaligus madu
Hidungku mancung dan hidungmu angkuh katanya selalu
Dan aku menjadi meradang karenanya
Aku ini manusia seutuhnya dan kamu, kamu masih penuh dengan duniawi
Dan aku diam mencerna
Aku ini pencinta dan kamu pendamba
Kita tidak cocok ya.. Sayang
Dan aku tertawa, lebih karena jengkel
Kau itu batu, tetapi akulah lautanmu, katanya saat aku ngambek dan ia membujuk dengan kesongonggannya
Demikianlah kekasihku itu
Tetapi aku tahu dia mencintaiku, kekasihku yang menjengkelkan itu punya cinta seluas semesta
Tetapi aku sedih
Saat ini, ya saat aku menuliskan surat ini
kekasihku sakit dan aku tidak bisa membantunya merasa lebih baik
Hilang sudah segala kesombongannya berganti rengekan manja seorang bocah
Kekasihku itu kini seorang bocah lima tahun yang terbaring demam
Diam dalam kegelisahan dan kuyu dalam diam
Dan hati siapa yang tega melihat penderitaan yang tak terucapkan
Dan aku hanya bisa duduk terpaku, berdoa dalam gugup
Semoga kekasih segera sembuh
Semoga senyumnya segera kembali
Semoga kesombongannya segera menjajah hari-hariku
Demikianlah doa untuk kekasihku itu
Karena aku mencintainya dan kekasihku tau, cintaku selingkup raga dan rasa.
januari 7,2013
Wednesday, January 9, 2013
pagi di kamar mandi
photobucket @komuragi image |
percaya atau tidak, pagi hariku bisa sangat kacau bila harus bergegas ke kamar kecil.
saat yang indah untuk berlama-lama dalam gelungan selimut harus di akhiri atas nama detox.
dan sialnya lagi, ketika aku sudah merapatkan bokong pada dudukan toiket, aku teringat satu hal penting.
aku lupa membawa obat pelancar pup. sebatang rokok.
ya.. sebatang rokok, entah kenapa, aku merasa mengisap rokok sambil menanti moment pelepasan itu sangat melegakan. meski banyak yang bilang kebiasaanku itu sedikit menjijikkan, tapi aku suka. dan tidak ada argumen untuk itu.
jadi meski tidak selalu suka dengan kehebohan pagi dan drama kamar mandinya, tetapi kepungan asap cukup ampuh menyibukkan pikiranku, hingga usainya ritual pagiku.
januari 6,2013
dalam genggaman tangan
@web image |
Hampir senja, kala hujan menguyur, iramanya adagio, syahdu.
Sepasang kekasih duduk di tepi sebuah bangku jati panjang.
Sedikit menjauh dari jendela yang berkerai kayu.
Tangan mereka saling bertautan, menggenggam, meremas lembut.
Rindu, mereka menyatukan rindu yang berbulan terpisah jarak
Dalam diam yang hening
Dalam tatapan yang memeluk
Tangan mereka menyatu, sarat dengan rindu
Rindu yang tak habis-habisnya mereka bicarakan dalam genggaman dan jari-jari yang memilin.
januari 5,2013
Tuesday, January 8, 2013
becak. a romantic ride
ilyapan.wordpress @Yudi Tirtajaya image |
I did.
Imagine, you were on it, while the bapak pedal along the way, the winds touch your face softly and the sunlight burn your skin. The cars, the motorcycles speeds around you, but you, instead of join the rush, the bapak keep calm, stay in the constant power, ride safely. You have all your time to wonder, to revalue all the thing you see. The people chats on the side of the road, the kids running and play, the couple holding hands. Happy, sad, confused, frustration, angry, shy faces who were scattered in the corner of the street. the colors of the building, Ain’t that sweet? Isn’t romantic?
All those things that you wouldn't notice if you were trapped in the crowded and heat of public bus, rush in your ride or even asleep in the comfort of your private car.
And that’s why i always love the becak. For sure i wont suggest it when you have to catch a flight, hurry for a emergency call although in some case the bapak can speed in terms of mengejar setoran, or for a fun action between them but that’s not an overall behave. More over, becak is an enviromental friendly vehicle, no need gasoline which means no pollution.
Ride the becak has always been joyful to me, there's a short movie played on the way ahead. i just have to sit, put my rayban on, take notice and enjoy the roll. Ain’t that cool, isn’t it romantic.
januari 4,2013
pagi oh pagi dan apa yang mereka inginkan....
Bunyi roda kereta yang berlarian perlahan diatas rel, terdengar indah dan aku sangat menikmatinya. Aku melihat diriku ada di atas gerbongnya, menatap pohon-pohon, rumah-rumah, manusia-manusia bahkan mobil dan motor yang seakan berlarian mengejar waktu dari balik jendela kacanya. Sinar matahari yang belum terlalu terik menerobos disela-sela dedaunan, mengintip dibalik gedung-gedung yang tidak seberapa tinggi. Simfoni. Ini sebuah simfoni yang dimainkan manusia dan mesin yang tanpa mereka sadari mengalun dan mengisi ruang diantara mereka. Indah dan aku menikmatinya.
Tetapi aku tidak sedang menikmati itu semua dari atas gerbong sebuah kereta, aku disini, didalam kamarku. Hanya diam terbaring, terbangun oleh suara-suara kesibukan yang di buat oleh manusia-manusia lain yang sibuk mengejar waktunya masing-masing. Sejak matahari naik hingga turun lagi. Dengan simfoni yang hampir serupa namun dengan tempo yang berbeda. Sangat berbeda. Namun Bunyi roda kereta yang beradu di atas rel tidak pernah tidak nyata, suaranya lantang hingga ke kamarku yang kecil nan nyaman yang hanya berada beberapa meter dari sebuah stasiun kereta.
Masih didalam kamarku, masih berbaring diam, sayup percakapan-percakapan yang entah siapa, mengisi gendang telingaku, rupanya banyak hal yang menarik terjadi semalam, skor bola yang menyakitkan, kekalahan grup unggulan, janji temu yang digagalkan hujan, semuanya terjadi diantara pertukaran tawa. Apakah semua itu begitu membahagiakan? Maafkan bila aku tidak paham apa yang mereka perbincangkan, dan aku tidak akan pernah ingin tahu. Lamat-lamat suara-suara itu menghilang, diganti suara motor yang lalu lalang. Riuh, di jalanan yang juga tidak seberapa jauh dari kamarku ini. Dan segera kesadaranku menyatu.
Bisa kau bayangkan, betapa pagiku begitu ramai.
Terkadang aku berpikir, mereka, siapapun itu, sepertinya tidak ingin membiarkan aku melanjutkan tidur, melanjutkan mimpi-mimpi yang tertunda. Melanjutkan kenyamanan bergelung dalam selimutku yang berbau keringat namun menenangkan.
Mereka sungguh tidak ingin aku berlama-lama dalam buaian fajar, seperti bunyi alarm dari handphoneku yang mungil yang selalu aku setel pukul 5;30 pagi namun selalu pula berhasil aku abaikan dengan memencet tombol shut down. Sesaat, aku hilang dalam tidur diambang pagi hingga suara-suara itu membangunkanku. Mereka tidak ingin aku kehilangan pagi.
Sesungguhnya, andai saja mereka tahu, aku sangat menyukai pagi. Dengan segar udaranya, dengan dingin anginnya, dengan hembusan semangatnya, dengan kicau burung di ranting pepohonan, dengan wangi roti panggang dan seduhan kopinya. Aku bahkan jatuh cinta pada pagi, melebihi senja yang merona. Pagi adalah sebuah berkat. Yang selalu aku syukuri dalam lelap sekalipun. Dan rupanya ini yang tidak pernah mereka tahu. Tidak pernah!
Maka berkicaulah mereka di sepagi ini, dengan lagu mereka masing-masing. menggantikan merdu perkutut yang puas terawat dalam sangkar.
Dan aku, hanya bisa terbaring , diam, tanpa bisa mengerti apa yang mereka inginkan dariku.
sementara, di luar sana, jalanan kian riuh, dan kereta pagi yang ke barat dan ke timur perlahan beranjak menjauh.
januari 3, 2013
Tetapi aku tidak sedang menikmati itu semua dari atas gerbong sebuah kereta, aku disini, didalam kamarku. Hanya diam terbaring, terbangun oleh suara-suara kesibukan yang di buat oleh manusia-manusia lain yang sibuk mengejar waktunya masing-masing. Sejak matahari naik hingga turun lagi. Dengan simfoni yang hampir serupa namun dengan tempo yang berbeda. Sangat berbeda. Namun Bunyi roda kereta yang beradu di atas rel tidak pernah tidak nyata, suaranya lantang hingga ke kamarku yang kecil nan nyaman yang hanya berada beberapa meter dari sebuah stasiun kereta.
Masih didalam kamarku, masih berbaring diam, sayup percakapan-percakapan yang entah siapa, mengisi gendang telingaku, rupanya banyak hal yang menarik terjadi semalam, skor bola yang menyakitkan, kekalahan grup unggulan, janji temu yang digagalkan hujan, semuanya terjadi diantara pertukaran tawa. Apakah semua itu begitu membahagiakan? Maafkan bila aku tidak paham apa yang mereka perbincangkan, dan aku tidak akan pernah ingin tahu. Lamat-lamat suara-suara itu menghilang, diganti suara motor yang lalu lalang. Riuh, di jalanan yang juga tidak seberapa jauh dari kamarku ini. Dan segera kesadaranku menyatu.
Bisa kau bayangkan, betapa pagiku begitu ramai.
Terkadang aku berpikir, mereka, siapapun itu, sepertinya tidak ingin membiarkan aku melanjutkan tidur, melanjutkan mimpi-mimpi yang tertunda. Melanjutkan kenyamanan bergelung dalam selimutku yang berbau keringat namun menenangkan.
Mereka sungguh tidak ingin aku berlama-lama dalam buaian fajar, seperti bunyi alarm dari handphoneku yang mungil yang selalu aku setel pukul 5;30 pagi namun selalu pula berhasil aku abaikan dengan memencet tombol shut down. Sesaat, aku hilang dalam tidur diambang pagi hingga suara-suara itu membangunkanku. Mereka tidak ingin aku kehilangan pagi.
Sesungguhnya, andai saja mereka tahu, aku sangat menyukai pagi. Dengan segar udaranya, dengan dingin anginnya, dengan hembusan semangatnya, dengan kicau burung di ranting pepohonan, dengan wangi roti panggang dan seduhan kopinya. Aku bahkan jatuh cinta pada pagi, melebihi senja yang merona. Pagi adalah sebuah berkat. Yang selalu aku syukuri dalam lelap sekalipun. Dan rupanya ini yang tidak pernah mereka tahu. Tidak pernah!
Maka berkicaulah mereka di sepagi ini, dengan lagu mereka masing-masing. menggantikan merdu perkutut yang puas terawat dalam sangkar.
Dan aku, hanya bisa terbaring , diam, tanpa bisa mengerti apa yang mereka inginkan dariku.
sementara, di luar sana, jalanan kian riuh, dan kereta pagi yang ke barat dan ke timur perlahan beranjak menjauh.
januari 3, 2013
Monday, January 7, 2013
the comfort zone
Sebagian
besar orang yang aku kenal segera mempertanyakan kewarasanku saat aku
mengatakan bahwa aku ingin mengejar sebuah keinginan yang sejak lama aku
simpan. Pindah dan menetap di Yogya, belajar melukis dengan lebih serius, dan bekerja apapun demi menghidupi idealisme, meninggalkan
pekerjaan, dan kehangatan keluarga besarku di kota
kelahiranku, Kolaka, sebuah kota kecil di pantai barat jazirah Sulawesi
Tenggara. meninggalkan kenyamanan hidup menurut mereka. yes.. i'm leaving my comfort zone.
Mungkin
mereka tidak sepenuhnya salah, manusia memang punya kecenderungan untuk hidup
dalam zona aman, dalam skala mereka masing-masing, apapun itu.
Dan jujur, bukan hal yang mudah membulatkan tekad saat memutuskannya. banyak hal yang kemudian menghantui, seperti pertanyaan pada diri sendiri, apakah aku akan sanggup bertahan, tidak menyerah pada masalah kecil yang datang. tetapi berbagai kondisi pertimbangan, memantapkan langkahku. dan ketika kesempatan pertama datang, tidak pikir panjang lagi aku segera beranjak. pack my luggage, bought the one way ticket and get on the plane, i'm leaving the comfort zone.
now i'm out of the comfort zone, away, struggle alone.
yeah.. i miss it a little. just a little bit.
namun bila harus jujur, aku menemukan kenyamanan yang berbeda dari segala perasaan asing dan ketidaknyamanan yang ada. apapun itu.
and i'm eager to find what else could irritate and please me at the same time rather than the uncomfortness
Januari 2,2013
sebuah perjalanan
Bus melaju
perlahan, menjauhi terminal Giwangan, menembus hujan rintik yang segera
menderas, meninggalkan hiruk pikuk kemeriahan penyambutan datangnya Tahun Baru
yang bergema di seantero Yogya. Melankolik senja sudah hilang sejak tadi. Jauh.
Mungkin sebelum senja itu datang.
Bukan waktu
yang tepat sesungguhnya untuk menyambut tahun baru, karena bila menurut mauku,
aku ingin menghabiskan malam ini bulan ini, tahun ini dengan bergelung dalam
hangat rangkulan kekasihku di kamar kostku yang kecil di jantung Yogya.
Tetapi
terkadang sebuah perjalanan memanggil pada waktu yang tidak sesuai, pada hari
yang tidak direncanakan. Tidak memberikan pilihan. Aku hanya harus berada
disana, esok hari, demi sebuah janji temu. Seperti mengikuti angin. Tanpa tahu
apa yang akan terjadi. Angin. Aku si anak angin. Hanya mengalir, mengikuti
hembusannya.
Dan
disinilah aku, duduk menatap jalanan yang basah dan orang-orang yang entah
sibuk dengan apa dari jendela bus yang akan membawaku ke Barat. 512 km, 13 jam
perjalanan. Ke Jakarta.
Terkantuk-kantuk namun tidak rela terjaga, aku
larut pada silau lampu-lampu mobil dan lagu-lagu kenangan yang di kumandangkan
Grup Panbers dari speakers di dalam bus. Terasa terhibur, aku ikut
bersenandung. Lumayan mengusir kebosanan. Tertidur, terjaga, tertidur lagi dan
terjaga kembali. Entah berapa kali aku di permainkan waktu. Meski tidak
menyukai kenyataan itu, aku hanya bisa duduk diam. Meringkuk kikuk, sedikit
perlawanan pada ketidak nyamanan malam
dan perjalanan.
Matahari
baru saja akan naik saat, bus akhirnya memasuki kabupaten Karawang Jawa Barat,
sinar kemerahan yang mengintip menembus jendela bus, membangunkanku. Hujan
sudah lama berakhir, entah dimana. Habis, tanpa jejak. Perjalanan sudah
mendekati akhir. Geliat kesibukan orang-orang pinggiran Jakarta, sudah terasa. Tidak
ada waktu bersantai. Hidup yang sangat keras, harus di perjuangkan.
Meski masih
belum tahu apa yang akan Jakarta berikan padaku, tetapi setidaknya wajah-wajah
yang ku jumpai pagi itu menularkan semangat padaku.
Matahari
akan selalu bersinar pada waktunya. Meski hujan mendera, pada malam-malam yang
panjang dan dingin.
Dan yang
paling penting adalah, sebuah pertanda, bahwa di tahun yang baru ini, akan ada
banyak perjalanan, ke tempat yang baru dan tidak aku kenal, serta tak terduga
sekaIipun, akan ada langkah-langkah kecil dan besar yang akan mewarnai dan
memberi arti pada hidup yang lebih baik.
Selamat
datang tahun 2013.
Januari 1,2013
Subscribe to:
Posts (Atom)