Sunday, May 18, 2008

PoLigAmI

ibarat berpoligami, menjalani dua kehidupan yang berbeda itu ternyata berat. susah adilnya kalau menurut saya. tapi karena sudah terlanjur, jadi saya harus bisa. dalam hal ini saya tidak berpoligami secara fisik. ini masalah hobby baru saya. blogging. entah atas dasar apa sampai saya maruk, buka cabang ditempat lain. padahal yang satu saja belum mapan. halah. tapi begitulah saya. sebenarnya saya sudah punya resep agar keduanya terjatah rata. walau mereknya sama tapi isinya sangat berbeda-sejauh yang saya sadari-. tapi mungkin ini natural, saya secara tidak sadar terkadang lebih fokus kerumah yang pertama. mungkin tidak aneh bagi kalian, tapi saya jujur merasa sangat bersalah.

Sunday, May 11, 2008

berbahasa daerah

Masih tentang bahasa. baru belakangan ( baca mempertanyakan ke dirinya sendiri ) menyadari saya ini bodoh atau masa bodoh. sudah 13 tahun saya tinggal di eks ibukota provinsi celebes. dan saya belum bisa berbahasa makassar. bagi saya ini sangat aneh, karena mayoritas penduduk makassar ini adalah etnis makassar. tapi ya itu tadi, saya tidak bisa (baca: belum lagi bisa) berbicara makassar. mungkin memang ini bagian dari ke masa bodohan. karena kalau dibilang bodoh saya pasti tidak akan terima.
buktinya saya bisa menguasai beberapa bahasa lain hanya dari pergaulan akrab dengan kawan lain budaya atau kunjungan singkat ke daerah yang baru.
Bukan juga berarti saya buta sama sekali. saya mengerti satu-dua kalimat dan beberapa kosa kata yang sering saya dengar dari lingkungan. tapi tentu itu tidak menjamin kepahaman saya.
demi mengatasi itu, saya berniat untuk sedikit "membuka diri" dan berniat belajar dari rekan-rekan yang native. namun niat saja tidak cukup. usaha juga penting. sedihnya karena saya tidak cukup berusaha. mungkin ada hubungannya dengan rasisme saya.

Paradoks

pikir punya pikir, baru terasa kalau saya sebenarnya sedikit rasis tapi juga liberal atu moderat (entahlah, saya tidak tahu pasti). sebuah paradoks lain. pengen ini-itu tapi tidak mau begini-begitu. jangan binggung tapi coba memahami yang berikut.
seorang sahabat menyampaikan berita sukacitanya. Ia akan menikah, dengan seseorang dari latar yang berbeda.
segera segala macam komentar meluncur dari bibir yang sungguh tak mampu tersaring oleh otak. tidak ada kompromi. no one is better than us. Saya tidak mau berpikir apakah ia menerima kritikan ini atau menyesali perbincangan kami. Saya hanya beropini. terserah sayakan. Setelah puas membeberkan segala kehinaan orang lain, saya yang masih terkurung kalap memutuskan menjauhi sumbernya.
pembicaraan ditunda hingga waktu yang saya inginkan.
Tak lama berselang seseorang teman mendatangi saya membeberkan cerita cintanya yang penuh liku. Masalahnya, mereka berbeda budaya.
Kalau mau nurut hati pasti saya juga akan memberikan kuliah panjang nan pedas seperti pada teman yang sebelumnya. tapi anehnya saya malah memberikan semangat dan wejangan bijak untuk bekal mereka memperjuangkan cinta yang keliatan suci.
seperti itulah. saya sering menjudge sesuatu dari sisi ke-diri-an. dan ke-bijaksana-an.
tapi saya tidak bisa menentukan/memilih kapan harus bersikap rasis atau liberal. it just come over.

Thursday, May 8, 2008

nakke tololoE katte

karna bingung dengan isi baliho salah satu balon walikota yang memenuhi seantero kota, saya jadi niat menanyakan arti kalimatnya ke teman yang asli makassar.
"mba kursus dulu'e"
"apa sede!"
"apa artina nakke *** katte"
"dimana lagi kau dapat kata-kata begitu?"
"itu'e balihona ***"
"*** milikmu"
"ih sembarangnya"
"kan itu kaya pengandaian ji"
"nda menger ka"
"terserah mi kau, kau yang tanya to"
"jadi kalo kita bilang nakke tololoe katte artinya tololoe milikku,milikmu,milik kita bersama"
"itu nu tau ji"
beberapa hari kemudian, setelah meyakinkan diri atas pembelajaran itu. saya memperhatikan bahwa pada tulisan dibaliho dan spanduk-spanduk itu tidak hanya nakke *** katte tapi ada ? yang luput dari mata saya. jadi propaganda itu seharusnya terbaca, NAKKE *** , KATTE ?"
dan ternyata tanda tanya baca itu punya makna yang sangat penting dalam kalimat itu.
berarti salahkahlah interpretasi saya yang sebelumnya. dan untuk pembetulannya saya harus bertanya lagi pada mba-nya.
"mba........... itu to yang saya bilang kemarin ada tanda tanyanya. nakke *** katte ?"
"Nai ?"
"jadi?"
"na tanya ko, kau apa ko pilih?"
"oh..........................."
jadi proganda itu bermakna penegasan opsi. tapi menurut saya lebih cenderung pengiringan opini pada satu pihak.
Nakke TololoE, Katte ?
Saya pilih TololoE, Anda pilih siapa?


*Inakke/Nakke = saya/diri pribadi
*katte = anda untuk orang yang dituakan/dihormati
*?/Nai = siapa