Friday, October 26, 2012

Oleh-oleh dari Kotagede





Gerbang Kotagede



Bapak Priyo Salim
Gerbang selamat datang di sentra kerajinan perak kotagede menyambut saya, saat memasuki jalan kemasan. Inilah pusat kerajinan perak yang terkenal di seantero indonesia bahkan hingga ke mancanegara. toko-toko yang menjajakan hasil kerajinan perak ini, berderet sepanjang jalan, menggoda mata dengan etalase yang memajang berbagai pernik dan ornamen cantik.
Terus berjalan, naik turun menyusuri pedestrian yang cukup nyaman, saya mendapati banyak papan penanda yang bertuliskan “kerajinan perak” namun kaki saya terus saja melangkah, seraya mengamati jajaran showroom tersebut. Hingga kemudian saya sampai pada sebuah pertigaan yang cukup sempit, dengan sebuah rumah besar bercat biru disudut jalan.  Tampaknya rumah ini telah lama ditinggalkan penghuninya, namun kesan megah tidak hilang begitu saja meski dalam kondisi tak terawat. ada sedikit keraguan apakah harus berbelok ke kiri atau lurus saja. Akhirnya saya berbelok kekiri, dan menemukan perbedaan yang cukup signifikan dari ruas jalan kemasan. ruas
 Dari depan tampak seperti sebuah gang yang agak menakutkan, tidak tampak ada sesuatu dibalik tembok-tembok tinggi yang gelap dan muram itu, namun kemudian sebuah pintu yang terbuka, dengan papan nama salim silver, seperti menarik saya untuk melongok lebih dalam. Benar saja, rupanya itu ada bengkel kerja pengrajin perak. Tetap seperti yang saya cari.
Sebagaimana adat berkunjung dalam budaya timur, kita harus memperkenalkan diri pada sang empunya rumah dan meminta izin sebelum memasuki rumah. Saya bertanya pada beberapa perajin yang tampak sibuk. Dan mereka menyaranka saya untuk langsung menemui pemilik workshop tersebut.
proses kerja
Tidak butuh proses yang panjang, ibu maryati, mempersilahkan saya untuk melihat secara langsung namun mengingatkan bahwa ini sudah hampir pukul 4, jam kerja hampir selesai. Tanpa membuang-buang masa, saya segera kembali ke bengkel yang berada di sisi pintu masuk. Disini tampak setiap orang asyik dengan pekerjaan mereka masing-masing. Setelah mengambil beberapa photo dan mengamati kesibukan mereka, saya kembali ke kantor dan bertemu langsung dengan pewaris sekaligus pemilik usaha kerajinan salim silver ini.
Priyo Salim, demikian pria paruh baya ini memperkenalkan diri, seraya mempersilahkan saya duduk di sofa panjang berwarna krem di salah satu sudut ruang kantor. Pak Priyo lalu menjelaskan proses pembuatan sebuah perhiasan atau ornamen perak. Acir, atau  perak mentah dilebur dan dicampur dengan tembaga atau platina karena pada dasarnya, perak mentah terlalu lunak untuk dapat dibentuk. Lalu kemudian di bentuk menjadi bentuk lempengan atau plepet dan tali atau urut, menurut tevak atau tipis plepet dan besar atau kecil urut. Dari proses ini kemudian barulah bisa lakukan pembentukan perhiasan sesuai yang kita kehendaki.
Salah satu teknik membentuk perak disebut filigri yaitu tali perak dibentuk menurut pola dan disusun hingga membentuk rangkaian yang dikehendaki. Dari beragam bentuk filigri ini nanti bisa dikembangkan menjadi banyak ornamen yang indah seperti bunga, hewan, dan berbagai ragam lainnya, namun juga bisa dikombinasikan dengan hasil ukiran dan pahatan.
proses kerja
Proses yang dilalui memang bisa dikatakan rumit dan cukup panjang, butuh ketelatenan dan sentuhan seni. Tidak salah bila kemudian banyak yang terpesona dan jatuh cinta pada keindahan perak, termasuk saya :D hingga saat menyambangi showroom Salim Silver yang terletak di jalan kemasan, saya terpaksa harus menahan hati menyaksikan semua perhiasan yang begitu menggoda iman. Meski demikian akhirnya saya memutuskan menghadiahkan pada diri sendiri sebuah pin filigri dari tembaga, yang saya yakin sangat cantik disematkan pada baju bodo-baju tradisional orang bugis saat menghadiri sebuah pesta pernikahan. 

No comments: